Mengenang Detik-detik Kelahiran Si kecil

 photo PicsArt_09-08-02.10.24_zpsmlyc4dc9.png

Mengenang Detik-detik Kelahiran Si kecil.
Assalamu’alaikum Sepradik, apa kabar? 🙂

Semoga senantiasa dalam keadaan sehat walafiyat ya, Aamiin.
Sebenarnya sudah lama saya mau menulis tentang kelahiran anak pertama kami. Cuma ya, rasa malas yang begitu besar telah membuat tulisan itu belum pernah muncul, hihi.
Alhamdulillah sekarang si kecil sudah 25 bulan, sudah lincah, aktif dan ceriwis sekali.
Dan sebentar lagi InsyaAllah dia bakalan jadi kakak, makanya saya mau tulis pengalaman melahirkan yang kemarin sebelum nanti ada pengalaman melahirkan yang baru lagi, hehe. Btw, mohon do’anya ya, semoga lahiran kedua juga bisa normal dan lancar, Aamiin.

Baca juga: Tips Mengurangi Mual untuk Bumil.

Ok, yuk kita langsung ke ceritanya!
23 Juli 2014
Ini adalah minggu terakhir bulan ramadhan, waktu itu saya dan suami masih sempat beli martabak telor untuk kudapan berbuka. Begitu azan magrib berkumandang, saya begitu lahap makan martabak telornya.
Setelah berbuka, kami langsung persiapan sholat magrib. Begitu ke kamar mandi ternyata sudah ada flek di celana. Karena sempat browsing dulu tanda-tanda akan melahirkan, maka saya langsung merasa bahwa sepertinya inilah saatnya. Tapi saya masih belum merasakan apa-apa saat itu. Kemudian kami pun menelpon bidan dekat rumah dan dokter kandungan tempat biasa kami kontrol, diminta untuk diperiksa dulu, apa sudah bukaan atau belum.
Karena waktu itu sudah malam, akhirnya periksa keesokan harinya. Saya masih sempat menghubungi Emak dan Ibu mertua untuk mohon do’anya. Kemudian setelah sholat, saya pun istirahat dengan tenang.
24 Juli 2014
Pagi harinya, saya masih sempat jalan santai di sekitar komplek. Bahkan saya masih puasa kala itu. Setelah jalan santai, saya istirahat untuk pengumpulan tenaga. Waktu itu belum ada rasa sakit, hanya ada sedikit rasa aneh di daerah betis dan paha.
Sekitar jam 9 pagi kami ke rumah sakit bersalin. Sebelumnya memang sudah survey akan melahirkan di sini. Sampai di sana, saya diperiksa dalam oleh bidan jaga. Rasanya super sekali. Sayangnya bidannya bilang ‘retro’, masih jauh, belum ada pembukaan. Bidannya bahkan bilang kalau untuk anak pertama, bisa jadi hingga seminggu lamanya. Duh, lama sekali batin saya. Waktu itu sudah mulai ada rasa mules-mules di perut. Karena sudah melalui pemeriksaan dalam, suami menyuruh untuk tidak puasa, sekalian persiapan energi.
Sepulangnya dari rumah sakit, kami masih sempat ke supermarket untuk membeli beberapa perlengkapan melahirkan terutama celana dalam. Di supermarket sakitnya makin jadi. Saya sampai mondar-mandir seperti setrika untuk menahan sakit.
Sepulangnya dari supermarket, kami masih sempat berhenti di indomaret untuk beli roti.
Rasa sakitnya makin terasa, saya kembali jadi setrikaan hidup di indomaret. Setelah itu kami juga masih sempat beli makan di warung.
Sesampainya di rumah, celekit-celekitnya makin terasa, rasa sakitnya datang berapa menit sekali. Saking sakitnya, saya tak bisa tidur siang. Semua posisi tidak mengenakkan. Sampai akhirnya saya tidur nungging, haha. Saya sempat telpon Emak dan Ibu, minta maaf & do’a. Sakitnya terus berkelanjutan hingga magrib. Awalnya suami mau berangkat kerja malam itu, hanya karena saya tidak tahan lagi dengan sakitnya, saya minta diperiksa kembali ke dokter kandungan.
Setelah magrib, dengan sepeda motor dan sambil menahan sakit, kami berangkat ke tempat praktik dokter kandungan yang tadi sudah ditelpon sebelumnya. Waktu itu suami hanya bawa uang 30 ribu di kantong, ketika mau berhenti di atm, saya bilang nanti saja, saking sudah nggak tahan dengan sakitnya. Di perjalanan, setiap celekit-celekitnya datang, maka pinggang dan jaket suami yang saya genggam erat-erat.
Begitu tiba di tempat praktik, kami harus menunggu terlebih dahulu karena ada pasien yang sedang diperiksa. Sambil menahan sakit, saya pun mencoba menunggu dengan tenang.
Lalu ketika giliran tiba, dokter melakukan pemeriksaan dalam. Ternyata sudah bukaan 6. Duh, makanya kok sakit sekali. Kami disarankan untuk langsung ke rumah sakit. Saya sempat kesal dengan bidan jaga tadi siang, kalau dia tidak salah mungkin saya tidak usah bolak-balik seperti ini. Soalnya jarak rumah dengan rumah sakit lumayan jauh. Tapi ya mau gimana lagi, sudah terlanjur, hehe.
Untungnya kami sudah menyiapkan tas berisi persiapan melahirkan dari beberapa bulan yang lalu. Agar tak bolak-balik dan saya ada yang menemani, suami minta temannya untuk mengantarkan tas tersebut ke rumah sakit. Saya juga sempat dibawakan bekal susu dan roti oleh temannya suami. Makasih banyak ya Mas Jaka & Mba’ Ria. 🙂
Akhirnya proses melahirkan pertama saya ditemani suami dan Mba’ Ria, istrinya teman suami.
Awal-awal, saya semangat sekali. Saya malah tak betah berbaring di kasur. Maunya duduk saja di lantai. Sepanjang menunggu bukaan, saya bolak-balik pipis disertai pendarahan seperti menstruasi. Tak lupa sebelum detik-detik melahirkan tiba, saya masih menghubungi Emak dan Ibu.
Sekitar jam 12an malam, dokternya baru datang. Sepertinya dokternya masih menyelesaikan pemeriksaan pasien di klinik terlebih dahulu.
Saya langsung diopname, dipasang alat ritme jantung, disuntikkan macam-macam cairan, karena dalam pikiran saya hanya mau cepat selesai, saya pun pasrah mau diapakan sama perawat dan dokter. Sepertinya saya sempat disuntikkan induksi.
Hingga akhirnya saya merasakan keinginan untuk BAB, lalu kemudian saya teriak, “mau berak”, dokter pun langsung datang kembali. Kata suami ketuban saya dipecah dan saya diepis. Waktu itu fokus saya ke rasa sakitnya, jadi yang lain-lain saya tidak lagi merasa sakit. Terserah mau diapakan yang penting cepat selesai. Akhirnya sekitar jam 1 pagi bayi di perut keluar dengan selamat. Alhamdulillah. Setelah lahir si kecil tidak otomatis nangis. Beberapa detik setelah keluar, kemudian dia pipis, barulah tangisan itu menggema. Alhamdulillah, lega sekali rasanya.
Saya sempat sebentar melakukan IMD, namun tidak terlalu berhasil karena si kecil tidur terus.

Mengenang Detik-detik Melahirkan Si kecil.

Sesaat setelah melahirkan.

Setelah itu proses jahit menjahit dimulai. Saya nggak sempat nanya berapa jahitan, tapi sepertinya banyak sekali. Meski sakit, tapi rasanya tak sesakit saat melahirkan tadi, karena saya dibius total, hehe. Paginya barulah saya dipindah ke kamar inap. Akhirnya proses melahirkan itu selesai juga. Alhamdulillah sekarang anaknya sudah besar, rasanya masih baru saja kami menggendongnya kemana-mana, sekarang sudah mengejarnya kemana-mana.

 <a href="http://s651.photobucket.com/user/julia_257/media/Mobile%20Uploads/2014-10-09-19-08-28_deco_zpsermq47jd.jpg.html" target="_blank"><img src="http://i651.photobucket.com/albums/uu237/julia_257/Mobile%20Uploads/2014-10-Mengenang Detik-detik Melahirkan Si kecil.

Si kecil waktu cuma bisa tidur.

Mengenang Detik-detik Melahirkan Si kecil.

Sekarang sudah bisa diajak main di pantai.

Baca juga: Alhamdulillah Aku Bisa Ummi!

Alhamdulillah semua proses dimudahkan. Semua biaya bersalin dan rumah sakit ditanggung perusahaan suami. Beruntungnya tinggal di desa adalah kamar VVIP hanya dibayar 250.000 per malam,. Waktu itu saya sempat menginap 3 malam di rumah sakit. Semua masih masuk dalam kategori dibiayai perusahaan suami. Biayanya juga lumayan murah, kalau di kota mungkin sudah puluhan juta dikeluarkan. Setelah melahirkan, saya masih harus melalui perjuangan-perjuangan yang lain. Seperti perjuangan recovery setelah repair jahitan, asi ekslusif, dan masih banyak lainnya.

Tapi apapun itu, Alhamdulillah kami masih diberi kesempatan merasakannya.

Baca juga: Asiku Bentuk Cinta untuk Bayiku.
Semoga teman-teman yang sekarang sedang menanti momongan segera dikaruniakan keturunan, yang menanti detik-detik kelahiran (termasuk saya, hehe) diberikan kemudahan dan kelancaran. Sehat terus ya Moms! Semangat!!

13 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *